BAB
I
PENDAHULUAN
Imam
Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam
sebuah kota yang merupakan tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi
yang dididik oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
radhiallahu ‘anhum Disana beliau menulis kitabnya Al-Muwaththo'. Beliau
menimba ilmu dari 100 orang guru lebih. Beliau hidup selama 84 tahun, wafat
pada tahun 179 H dan dimakamkan di Baqie.
Di antara
kitab-kitab hadis yang berkembang, kitab Shahih Imam Al-Bukhari merupakan salah
satu di antara kitab hadis yang paling populer dan mendapat perhatian luas dari
masyarakat. Di antara ulama bahkan mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih
setelah al-Qur’an selain kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan ulama bahwa kitab
Shahih Imam al-Bukhari ini memiliki akurasi yang tinggi, bukan tanpa alasan.
Tetapi, memang dipahami dari metode Imam al-Bukhari sendiri di dalam menyeleksi
hadis-hadis yang beliau masukan ke dalam kitab Shahih-nya.
Kitab
Shahih Muslim dipahami oleh umumnya ulama sebagai kitab sumber hadis
sahih. Bersama kitab Shahih al-Bukhari, kitab ini menjadi khazanah
yang tak ternilai bagi para ulama dalam memahami agama. Bahkan beberapa
kelompok ulama seperti ulama Khurasan dan Maghribi meyakini bahwa kedudukan Kitab
Shahih Muslim lebih tinggi dari Shahih al-Bukhari. Pernyataan
dapat dipahami karena kitab ini memiliki plus tersendiri yang idak dimiliki
oleh kitab Shahih al-Bukhari.
Sunan Abu
Daud merupakan salah kitab sunan yang muncul pada abad ke-3 H. Bersama
kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber hadis Nabi yang sangat
berharga. Banyak komentar positif dari ulama terhadap kitab ini. Kitab ini
ditempatkan pada kelompok kedua setelah Shahhih al-Bukhari dan Shahih Imam
Muslim sebagai sumber sumber hadis sahih dan hasan. Dan di dalam kelompok kitab
sunan, ia diakui sebagai kitab yang memiliki akurasi tertinggi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Al-Muwaththo Karya Imam Malik
a.
Penulis Kitab Al-Muwaththo
Imam Malik bin Anas lahir di Madinah
pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kota yang merupakan
tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi yang dididik oleh para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, radhiallahu ‘anhum Disana beliau menulis kitabnya
Al-Muwaththo'. Beliau menimba ilmu dari 100 orang guru lebih. Beliau hidup
selama 84 tahun, wafat pada tahun 179 H dan dimakamkan di Baqie.
Sejarah keluarganya juga ada
hubung-kait dengan ilmu Islam dengan ayahnya sendiri seorang perawi dan
penghafal hadis yang terkemuka. Pamannya juga, Abu Suhail Nafi’ adalah seorang
tokoh hadis kota Madinah pada ketika itu dan dengan beliaulah Malik bin Anas
mula mendalami ilmu-ilmu agama, khususnya hadis. Abu Suhail Nafi’ ialah seorang
tabi‘in yang sempat menghafal hadis daripada ‘Abd Allah ibn ‘Umar, ‘A'isyah
binti Abu Bakar, Umm Salamah, Abu Hurairah dan Abu Sa‘id al-Khudri radhiallahu
‘anhum.
Beliau meriwayatkan hadis dari
sejumlah besar Tabi'ien dan Tabi'ut Tabi'ien, diantaranya : Nafi' bekas budak
Ibn Umar, Ibn Syihab Az Zuhri, Abu Az Zanad, Abdurrahman bin Al Qasim, Ayyub As
Sakhtiyani, Yahya bin Sa'id Al Anshari, Aisyah binti Sa'ad bin Abi Waqqash,
Zaid bin Aslam, Humaid Ath Thawiel, dan Hisyam bin Urwah.
Sebaliknya,
tidak sedikit guru-gurunya yg meriwayatkan hadis dari beliau sesudah itu,
seperti Az Zuhri dan Yahya bin Sa'id Al Anshari. Cukup banyak perawi yg
meriwayatkan hadis dari beliau. Al Hafidh Abu Bakar Al Khatib Al Baghdadi
menulis sebuah kitab tentang para perawi yg meriwayatkan dari Imam Malik. Dalam
kitab tersebut, Al Baghdadi menyebutkan hampir 1000 orang perawi. Diantara
tokoh2 yg meriwayatkan hadis dari beliau : Sufyan Ats Tsauri, Abdullah bin AL
Mubarak, Abdurrahman Al Auza'i, Abu Hanifah, Asy Syafi'i, dll.
b. Nama Kitab dan Kandungan Hadis
Bermodal
perbendaharaan hadis sekitar 100.000 di tempuh proses penapisan yang menyita
waktu 40 tahun dan setelah dikonsultasikan kepada 70 orang ulama hadis/fiqh
yang berdomisili di Madinah, berkesedahan dengan kemantapan Imam Malik untuk
membukukan 1.700 buah hadis dalam al-Muwaththa’.
Jumlah
tersebut menurut perhitungan Abu Bakar al-Abhari terdiri atas perpaduan hadis
marfu’ dengan perincian sebagai berikut :
a. 600 hadis musnad, termasuk di dalamnya 132 hadis bersanad silsilatul-zahab/asshhul-asanid
b. 222 hadis mursal ;
c. 613 hadis mauquf dan
d. 285 qaul tabi’in.
Keberagaman
latar belakang mutu sanad hadis-hadis yang dimuat dalam koleksi al-Muwaththa’
agaknya selaras dengan sikap ulama hadis saat itu amat memberi kelonggaran
terhadap sanad yang inqita’ (menunjuk keterputusan) sehingga berakibat adanya
hadis mursal, mu’dhal dan munqathi. Penghargaan tinggi terhadap atsar
shahabi, tutur nasehat yang puitis (baaghiah) dari kalangan tokoh
tabi’in ikut mempengaruhi proses pemuatan informasi non hadis itu di dalam
al-Muwaththa’.
c. Kriteri
dan Sistematika Kitab Shahih
Edisi al-Muwaththa bermacam-macam dengan sistematika
beragam dan yang paling populer adalah format Sulaiman Ibnu Khalaf al-Baji
(wafat 474 H). Format dan sistematika al-Muwaththa’ bisa demikian tersebab oleh
faktor personalia perawi yang mendapat perkenan dalam memasyarakatkan
al-Muwaththa’ mencapai 993 orang. Salah seorang yang terpandang sebagai perawi
paling akurat adalah Abdullah Ibnu Maslamah al-Qa’nabi yang belakangan dikenal
sebagai guru hadis Imam Muslim. Sistematika al-Muwaththa’ yang kini beredar di
tengah-tengah masyarakat mempertahankan tata urutan sebagai berikut :
1) Hadis-hadis musnad/mursal dengan
memperioritaskan hadis eks riwayat Ulama Hijaz ;
2) Keputusa/penetapan hukum (qadhaya)
Umar Ibnu Khattab .
3) Tradisi amal perbuatan Abdullah
Ibnu Umar .
4) Seleksi qaul atau fatwa
tokoh-tokoh tabi’in.
5) Perilaku keagamaan penduduk
Madinah.
d. Kritik dan Pembelaan
Pandangan Ulama
Terhadap al-Muwaththa’ Popularitas kitab al-Muwaththa’ bersaing ketat dengan
Sunan al-Darimi dalam jajaran usulul-hadis (buku induk rujukan hadis). Reputasi
al-Muwaththa’ tetap diunggulkan karena ditunjang oleh kepioneran/kepeloporan
Imam Malik dalam merintis kodifikasi hadis, terbawa pula oleh publikasi madzhab
fiqhnya yang mendominir faham umat Islam di Madinah, Irak, Mesir, Afrika Utara,
Spanyol/ Andalus dan Sakliah. Selain itu faktor perawi langsung al-Muwaththa’
pada generasi pertama mencapai jumlah 68 orang dan pada generasi berikutnya
berkembang menjadi 993 perawi.
Guru hadis yang merupakan sumber pengutipan
utama koleksi Imam Malik dalam al-Muwaththa’ terdiri atas 95 orang, sedangkan
personalia tetap sahabat Nabi yang menjadi nara sumber hadisnya mencapai 85
orang, di tambah dengan 23 shahabiyah (sahabat wanita) termasuk didalamnya para
Ummahatul-Mu’minin dan tokoh ulama hadis dari generasi tabi’in yang hadis
mereka memadati al-Muwaththa’ berjumlah 48 orang.
Kepercayaan yang serta merta diberikan kepada Imam Malik
selaku ulama ahli hadis, antara lain dapat di telusuri lewat sikap Imam
al-Bukhari yang segera menerima keabsahan hadis tanpa syarat selagi hadis
tersebut di riwayatkan melalui Imam Malik. Lebih dari itu muncusl pula
pengakuan terbuka yang datangnya dari Imam Syafi’i dan belakangan ini Ibnu
Shalah dan Ibnu ‘Asakir yang intinya menyatakan bahwa al-Muwaththa’ merupakan
kitab yang paling shahih (valid) dari deretan kitab susunan siapapun setingkat
lebih rendah dalam mutu keshahihan sesudah Kitabullah (al-Qur’an).
Evaluasi sedini yang disampaikan oleh Imam Syafi’i
tersebut amat sesuai dengan konteks zamannya semisal bila diperbandingkan
kualitas keshahihannya dengan koleksi hadis ulama segenerasi al-Muwaththa’.
Al-Jami’ koleksi Sufyan dan Mushannaf hasil koleksi Hammad Ibnu Salamah dan
mudawan lainnya tentu jauh dari mutu keshahihan hadis-hadis yang memadati
kitab al-Muwaththa’ Imam Malik tersebut. Bukanlah reputasi Imam Malik dalam
hadis di mata ulama ahlut-ta’dil wat-tajrih sudah menumbuhkan kesepakatan
mereka untuk menempatkan Imam Malik dalam deretan utama “amirul-mu’minin fil
hadis”, semacam gelar ilmiah hadis tertinggi. Pengakuan terhadap strata
tersebut dikemukakan antara lain oleh Yahya Ibnu Ma’in dan terakhir oleh Abd.
Rahman al-Mahdi.
B. Sahih
Al-Bukhari Karya Imam Al-Bukhari
a. Penulis Kitab Shahih
Penulis
kitab Shahih al-Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari. Ia lahir di Bukhara pada
tanggal 13 Syawwal 194 H dan wafat 256 H. Bukhara adalah sebuah daerah
Usbekistan, Asia Tengah, daerah yang melahirkan banyak tokoh ternama,
seperti: al-Farabi dan Ibnu Sina, Zamakhsyari, al-Durdjani, al-Bairuni.
Imam
al-Bukhari lahir dalam keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah salah
seorang ulama besar dalam mazhab Maliki. Oleh karena itu, ia sudah mulai
belajar agama sejak usia dini.
Kecerdasannya,
terutama daya hafalnya sudah terlihat sejak kecil. Dalam perlawatannya mencari
hadis ia pun pernah diuji oleh 10 orang ulama dengan masing-masing mereka
menguji 10 buah hadis yang ditukarkan sanadnya satu sama lain. Imam Bukhari
dapat menyelesaikan ujian ini dengan baik. Karena kekuatan hafalannya ini, maka
ia diberi gelar tertinggi di kalangan muhadditsin, yaitu Amir al-Mukminin
fi al-Hadits.
Semangatnya
menelusuri hadis-hadis Nabi sangat luar biasa. Ia berkelana dari satu negara ke
negara lain selama 16 tahun dan berhasil menghimpun 600.000 hadis. Semangat ini
terutama ditelorkan oleh gurunya Ishaq ibn Rawaih yang meminta murid-muridnya
untuk menulis kitab yang menghimpun hadis-hadis shahih. Di samping itu, juga
mimpinya berdiri di samping Rasulullah sambil mengipasi beliau, yang
ditakwilkan oleh ahli bahwa beliau adalah orang yang menjaga Nabi dari
kedustaan-kedustaan orang.
Imam
al-Bukhari tidak hanya menulis kitab sahih ini saja tetapi banyak kitab lain
yang ditulis, tidak kurang dari 15 buah kitab yang ditulisnya. Di antaranya
adalah kitab Adab al-Mufrad, Al-Tarikh al-Shaghir, Al-Tarikh al-Awsath,
Al-Tarikh al-Kabir, Al-Tafsir al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kitab
al-Dhu’afa dan Al-Sami’ al-Shahabah.
b. Nama Kitab dan Kandungan Hadis
Imam
al-Bukhari memberi nama kitabnya الجامع المسند الصحيح المختصر من أمور رسول الله
صلى الله عليه و سلم وسننه وأيامه . Pemberian nama al-Jami’ menunjukan
bahwa kitab sahih ini tidak hanya menghimpun hadis-hadis dalam satu bidang
keagamaan, tetapi banyak bidang keagamaan. Di samping itu penggunaan kata
al-musnad al-shahih mengindikasikan bahwa hadis-hadis di dalam kitab shahih ini
adalah hadis-hadis yang memiliki sandaran yang kuat.
Kita Shahih
Imam al-Bukhari ini memuat kurang lebih 4000 buah hadis. Sebagian hadis-hadis
ini disebut pada beberapa tempat, sehingga bila dihitung seluruhnya, termasuk
dengan pengulangannya, maka mencapai 7000 hadis. Sebanyak 4000 buah hadis
ini, merupakan hadis-hadis yang telah diseleksi dari 600.000 buah hadis yang
didapatkan oleh Imam al-Bukhari.
c. Kriteri
dan Sistematika Kitab Shahih
Imam
al-Bukhari tidak menjelaskan kriteria kritik hadisnya, tetapi para ulama
melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang ada di dalam kitab shahih dan
menyimpulkan bahwa kriteria yang digunakannya sangat ketat. Imam
al-Bukhari menggunakan kriteria kesahihan hadis seperti ittishal sanad,
‘adalah, dhabit, terhindar dari syadz dan ‘illat.
Tetapi, untuk ittishal sanad imam Bukhari menggunakan kriteria dapat
dipastikan liqa’ dan mu’asharah. Di samping itu, rawi-rawi
dari kalangan murid al-Zhuhri yang digunakan adalah rawi-rawi yang faqih,
artinya rawi-rawi yang memiliki ‘adalah dan dhabit dan lama
menyertai Imam al-Zhuhri.
Dalam
menyusun hadis-hadisnya, Imam al-Bukhari tidak menuliskan judul babnya, tetapi
menempatkan hadis-hadis dalam pembicaraan yang sama dalam satu kelompok. Para
ulama belakanganlah yang menulis judul babnya.
d. Kritik dan Pembelaan
Meskipun
para ulama menyatakan bahwa kitab Shahih al-Bukhari memiliki akurasi yang
tinggi, tetapi ditemukan juga kritik terhadap hadis-hadis yang ada dalam kitabnya,
baik dari segi kualitas sanad maupun matan-nya. Imam
Daruquthni yang menyatakan bahwa dalam Shahih al-Bukhari terdapat hadis-hadis mursal
dan munqathi’. Tetapi kritik ini dijawab oleh para ulama terutama oleh
penulis kitab syarh-nya, yaitu Ibn Hajar. Ia menyatakan bahwa
hadis-hadis mursal dan munqathi’ dalam Shahih al-Bukhari bukanlah
pokok tetapi adalah hadis-hadis yang berfungsi sebagai syahid dan tabi’. Di
samping itu, banyak hadis-hadis yang dikritik itu adalah hadis-hadis yang
berulang, pada sebelumnya telah disebutkan secara lengkap sanadnya.
Sedangkan
kritik matan banyak dimunculkan oleh para pemikir modern dan juga dari kalangan
orientalis. Hadis-hadis yang dikritik ini terutama hadis-hadis musykil dari
segi logika modern, misalnya hadis yang menyatakan bahwa Nabi menjelaskan bahwa
pada malam hari matahari pergi sujud di bawah Arsy Tuhan. Kesulitan memahami
hadis-hadis seperti ini, karena para pengkritik memahami hadis dengan memahami
maksud Nabi dalam menyampaikan hadis itu kepada para sahabat. Dalam hadis di
atas, Nabi tidak bermaksud untuk menjelaskan pengetahuan astrofisika, tetapi
Nabi ingin menjelaskan bahwa semua yang ada di alam ini tunduk di bawah
kekuasaan Allah. Di samping itu, Nabi berbicara dengan masyarakatnya yang awam
dengan pengetahuan astrofisika, sehingga bila Nabi berbicara apa adanya, mereka
tidak akan mampu menangkap maksud Nabi.
C. Sahih Muslim Karya Imam Muslim
a. Penulis Kitab Shahih
Penulis
kitab Shahih Muslim adalah Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim
bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Lahir di Naisaburi, sebuah daerah di
Usbekistan, Asia Tengah, pada tahun 204 H dan wafat pada tahun 261 H. Ia
belajar agama sejak kecil dan terkenal dengan sifat tawadhu’ dan wara’.
Guru-gurunya
pada umumnya sama dengan guru Imam Bukhari. Pada awal sekali ia belajar kepada
Imam al-Dakhili, kemudian Yahya ibn Yahya, Ishaq ibn Rawaih, Ahmad ibn Hanbal,
Abdullah ibn Maslamah, Imam al-Dzihli dan Imam Bukhari. Tetapi, dari kedua
gurunya yang disebutkan terakhir, al-Dzihli dan al-Bukhari, ia tidak
meriwayatkan satu hadis pun. Hal ini ditanggapi secara beragam oleh para ulama.
Sebagian mengatakan bahwa ia menghindari konflik antara al-Dzihli dan
al-Bukhari, sehingga ia menjaga perasaan kedua gurunya dengan tidak
meriwayatkan hadis dari mereka berdua. Sebagian lagi mengatakan bahwa Imam
Muslim tidak meriwayatkan hadis dari Imam Bukhari, karena ia berusaha mencari
jalur sanad yang lain.
Dalam mencari
dan mendapatkan hadis-hadis Nabi yang sudah tersebar, ia berkelana selama 15
tahun dan mendapatkan sebanyak 500.000 buah hadis. Ia bolak-balik dari satu
negara ke negara lain, Hijaz, Syam, Irak dan Mesir. Dari safarinya mencari
hadis-hadis Nabi ia menghasilkan beberapa karya, antara lain : al-Musnad
al-Kabir, Kitab al-‘Ilal, Kitab al-Mukhadhramin, Kitab
Aulad al-Shahabah dan lain-lain.
b. Nama Kitab dan Kandungan Hadis
Kitab
Shahih Muslim diberi nama oleh penulisnya dengan Al-Musnad al-Shahih. Kitab
ini berisi 4.000 buah hadis. Tetapi jika dihitung secara keseluruhan termasuk
hadis-hadis yang diulang penulisannya, maka sebagian ulama menyatakan
seluruhnya berjumlah sebanyak 12.000 buah hadis. Dari 4000 buah hadis telah
mencakup hadis-hadis dalam berbagai bidang keagamaan seperti : keimanan,
hukum, akhlak, tafsir, sirah, dan lain-lain. Oleh karena itu, para ulama
menyebut kitab Muslim ini dengan kitab al-Jami’.
Berbeda
dengan Imam Bukhari, Imam Muslim membuat sebuah tulisan pendahuluan untuk
kitabnya ini. Dari sinilah para ulama menemukan kriteria dan pandangan imam
Muslim berkenaan dengan hadis-hadis Nabi. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa
catatan pendahuluannya berisi penjelasan tentang pembagian dan macam-macam
hadis, hadis-hadis yang dicantumkan dalam shahihnya, keadaan para perawi
dan mungungkapkan cela-celanya, menerangkan pentingnya isnad, dan
berdalil dengan hadis mu’an’an
c. Kriteri dan Sistematika Kitab Shahih
Imam Muslim
menjelaskan kriteria hadis-hadis yang dimuatnya di dalam kitabnya, yaitu:
ما وضعت شيأ
في كتابي هذا إلا بحجة وما أسقطت منه شيأ إلا بحجة .
Dalam kesempatan lain ia menjelaskan:
ليس كل شئ
عندي صحيح وضعته ههنا إنما وضعت ما أجمعوا عليه.
Dari
penejelasan ini terlihat bahwa hadis-hadis yang dimasukan ke dalam kitab Shahih-nya,
adalah hadis-hadis yang memiliki alasan kesahihan yang kuat. Di samping itu, ia
juga menyatakan bahwa hadis-hadisnya sebagiannya disepakati oleh para ulama.
Dari
penelitian yang dilakukan terhadap hadis-hadisnya, imam muslim menggunakan
kriteria yang dipakai dalam dalam menentukan kesahihan, yaitu: sanad
bersambung, perawi yang adil, dhabit serta tidak memiliki syadz dan ‘illat.
Tetapi dalam menentukan kebersambungan sanad, Imam Muslim tidak seketat Imam
Bukhari, di mana bila perawinya tsiqah, ia cukup mengasumsikan sanad
bersambung dengan terjadinya muasharah (kesezamanan) antara para
perawi dan kemungkinan liqa’ (terjadi pertemuan dalam kapasitas guru
dan murid), yakni bila daerah tempat tinggal mereka tidak berjauhan. Di samping
itu, rawi-rawi yang digunakan oleh Imam Muslim termasuk juga rawi-rawi dari
murid-murid Imam al-Zhuhri yang adil dan dhabit, tetapi tidak lama menyertai
Imam al-Zhuhri. Sementara Imam al-Bukhari lebih banyak menggunakan rawi-rawi
dari kalangan murid Imam al-Zhuhri yang lama menyertai al-Zhuhri.
Sistematika
penulisan kitab Shahih Muslim diakui oleh banyak ulama sebagai sistematika yang
lebih baik. Pertama, ia menyebut menempatkan hadis-hadis yang
semakna beserta sanadnya dalam satu kelompok tertentu. Kedua, ia
menghimpun sanad yang muttafaqun alaihi (disepakati oleh ulama) dan yang tidak
dengan metode tahwil (berpindahnya jalur rawi) dengan menggunakan
lambang huruf ha( ح). Ketiga, ia lebih banyak mengutip
hadis-hadis riwayat bi al-lafzhi. Ini merupakan satu kelebihan di
banding hadis-hadis riwayat Imam al-Bukhari. Keempat, ia sangat memperhatikan
matan hadis. Jika ada dua rawi yang menyampaikan hadis, maka ia menyebutkan
lafaz dari perawi tertentu. Atau juga bila ada ziyadah (tambahan lafaz),
maka ia juga menyebutkannya.
d. Kritik dan Pembelaan
Kitab
Shahih Muslim juga tak lepas dari kritikan, baik dalam hal sanad maupun
matannya. Dari sisi sanad, dinyatakan bahwa di dalam kitab Muslim terdapat
hadis-hadis mu’allaq dan mursal. Di samping itu, juga terdapat perawi-perawi
yang lemah dalam hadis-hadis Muslim.
Kritikan
ini dibantah oleh Imam al-Nawawi, bahwa hadis-hadis muslim hadis-hadis mursal
dan mu’allaq hanya hadis-hadis yang berfungsi sebagai syahid dan tabi’.
Sedangkan berkenaan dengan perawi yang dinilai dhai’if, sebagian
mereka memang mukhtalith pada akhir hidupnya dan Imam Muslim
meriwayatkan sebelum rawi tersebut mukhtalith.
Sedangkan
dari sisi matan, sebagian para tokoh-tokoh modern menyatakan bahwa terdapat
hadis-hadis palsu, misalnya hadis yang menjelaskan tentang penciptaan dunia dan
isinya dalam tujuh hari, padahal Allah dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa
penciptaan langit dan bumi adalah enam hari.
Kritikan
ini dibantah dengan oleh para pembela kitab Shahih Muslim, dengan penjelasan
bahwa hadis muslim dituduh palsu itu, tidak berbicara tentang penciptaan langit
dan bumi, tetapi berbicara tentang penciptaan isi dunia. Jadi persoalannya
hanya persoalan perbedaan pemahaman terhadap hadis tersebut.
D. Sahih Abu Daud Karya Imam Abu Daud
a. Penulis Kitab Shahih
Penulis
kitab ini adalah Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syaddad
ibn Amr al-Azdadi al-Sijistani. Lahir tahun 202 H di Sijistan, antara Iran dan
Afganistan, dan wafat 275 H. Ia belajar agama sejak usia dini, terutama dengan
al-Qur’an dan Bahasa Arab. Ketertarikannya dalam bidang hadis yang juga dalam
usia dini, karena ayahnya al-Asy’ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits
yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid dan saudaranya, Muhammad bin
al-Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits.
Ketertarikannya
dalam bidang hadis ini membawa ia berkelana ke berbagai negeri di mana ada
guru-guru hadis seperti: Khurasan, Rayy, Kuffah, Bagdad, Basrah, Damaskus dan
Mesir. Di negeri-negeri ini, ia belajar dari guru-guru yang terkenal
seperti: Yahya bin Main, Abu Amr al-Dharir, Abu Walid al-Thayalisi,
Sulaiman ibn Harb, Usman ibn Abi Syaibah, Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin
Maslamah, dan Qutaibh bin Sa’id.
Ia banyak
dipuji oleh para ulama, seperti Ibrahim al-Harbi yang menyatakan bahwa hadis
dilunakan bagi. Pujian ulama ini bukan suatu yang dilebih-lebihkan, tetapi ia
buktikan dengan berbagai karya yang lahir dari tangannya, antara lain :
Kitab al-Sunan, Kitab al-Marasil, Kitab al-Qadr, Al-Nasikh wa al-Mansukh,
Fadhail al-A’mal, Kitab al-Zuhd, Dalil al-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahy dan Akhbar
al-Khawarij.
b. Nama Kitab dan Kandungan Hadis
Kitab ini
diberi nama oleh Abu Daud dengan al-Sunan sebagaimana surat yang ia
kirim ke penduduk Mekah. Dengan penamaan al-Sunan ini, tampak bahwa
Abu Daud memiliki kecenderungan pada fiqh. Dan itu sebabnya, seluruh
hadis-hadis yang ada dalam kitabnya, yakni 4800 buah hadis yang ia saring dari
500.000 buah hadis, menyangkut dengan lapangan kajian fiqh. Kitab ini mendapat
perhatian yang serius dari para ulama. Hal ini tanpak dari syarah yang ditulis
oleh para ulama tak kurang sebanyak 13 buah kitab. Di antara kitab syarh yang
paling terkenal adalah: ‘Aun al-Ma’bud ‘ala Sunan Abi Daud yang
ditulis oleh Syaikh Syarf al-Haqq, Syarh Syaikh Abu al-Hasan al-Sanadi
al-Madani dan Ma’alim al-Sunan karya Abu Sulaiman al-Khattabi.
c. Kriteri dan Sistematika Kitab Shahih
Imam Abu
Daud sebagaimana muhadditsin lainnya, juga menggunakan kriteri keshahihan
hadis, seperti kebersambungan sanad, ‘adalah, dhabit,
ketiadaan syudz dan ‘illat. Hadis-hadis yang ditulis dalam
kitabnya sebagian ada yang sahih dan ada pula yang dha’if. Hal ini
seperti yang ia kemukakan sendiri:
كتبت
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم خمسمائة ألف حديث، انتخبت منها ما ضمنته هذا
الكتاب، وجمعت فيه اربعة ألاف وثمانمائة حديث، ذكرته الصحيح وما يشبهه ويقاربه،
وما كان فيه وهن شديد بينته وما لم اذكر فيه شيئا فهو صالح، وبعضها اصح من بعض
Oleh karena
itu, sesuai dengan penjelasannya, maka di dalam kitabnya terdapat penjelasan
kualitas beberapa hadis seperti dha’if. Sebagian ulama memandang
penjelasan Abu Daud ini sebagai suatu hal yang positif, yaitu bahwa Abu Daud
telah menjelaskan kedha’ifannya, sehingga orang dapat menghindarkan diri darinya.
Tetapi sebagian lagi menganggap bahwa sangat mutasahhil dalam
persoalan pemakaian hadis, di mana hadis-hadis dha’if pun masih
ditolerir oleh Abu Daud.
Sistematika
penulisan Kitab Sunan Abu Daud sangat baik. Pertama, ia memberi
komentar terhadap kualitas sebagian hadis. Kedua, sangat memperhatikan
matan hadis sehingga ia menyebutkan lafaz hadis ini dari si fulan. Demikian
pula bila ada tambahan ia pun menyebutkan bahwa pada matan hadis ini ada ziyadah.
Ketiga, ia juga menghimpun beberapa jalur sanad yang lain bahkan terkadang
sampai tiga jalur sanad untuk satu hadis.
d. Kritik dan Pembelaan
Ada
beberapa kritik yang dikemukakan oleh ulama terhadap karya Abu Daud seperti Ibn
Taimiyah, antara lain: pertama, Sebagian hadis dijelaskan kualitasnya
sedangkan sebagian lain tidak. Kedua, adanya hadis dha’if
yang dinilai oleh para ulama tetapi tidak ada penjelasan Abu Daud. Ketiga,
adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Ahmad dalam mentolerir hadis-hadis dhaif.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Imam
Malik
Imam Malik bin Anas lahir di Madinah
pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kota yang merupakan
tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi yang dididik oleh para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, radhiallahu ‘anhum
Bermodal perbendaharaan hadis
sekitar 100.000 di tempuh proses penapisan yang menyita waktu 40 tahun dan
setelah dikonsultasikan kepada 70 orang ulama hadis/fiqh yang berdomisili di
Madinah, berkesedahan dengan kemantapan Imam Malik untuk membukukan 1.700 buah
hadis dalam al-Muwaththa’.
Sistematika al-Muwaththa’ yang kini beredar di
tengah-tengah masyarakat mempertahankan tata urutan sebagai berikut :
1) Hadis-hadis musnad/mursal dengan
memperioritaskan hadis eks riwayat Ulama Hijaz ;
2) Keputusa/penetapan hukum (qadhaya)
Umar Ibnu Khattab .
3) Tradisi amal perbuatan Abdullah
Ibnu Umar .
4) Seleksi qaul atau fatwa
tokoh-tokoh tabi’in.
5) Perilaku keagamaan penduduk
Madinah.
Pandangan Ulama Terhadap al-Muwaththa’ Popularitas
kitab al-Muwaththa’ bersaing ketat dengan Sunan al-Darimi dalam jajaran
usulul-hadis (buku induk rujukan hadis). Reputasi al-Muwaththa’ tetap
diunggulkan karena ditunjang oleh kepioneran/kepeloporan Imam Malik dalam
merintis kodifikasi hadis, terbawa pula oleh publikasi madzhab fiqhnya yang mendominir
faham umat Islam di Madinah, Irak, Mesir, Afrika Utara, Spanyol/ Andalus dan
Sakliah.
Shahih al-Bukhari
Penulis kitab Shahih al-Bukhari
adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin
Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari. Ia lahir di Bukhara pada tanggal 13 Syawwal
194 H dan wafat 256 H. Imam al-Bukhari memberi nama kitabnya الجامع المسند
الصحيح المختصر من أمور رسول الله صلى الله عليه و سلم وسننه وأيامه .
Imam
al-Bukhari tidak menjelaskan kriteria kritik hadisnya, tetapi para ulama
melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang ada di dalam kitab shahih dan
menyimpulkan bahwa kriteria yang digunakannya sangat ketaT.
Sahih
Muslim Karya Imam Muslim
Penulis kitab Shahih Muslim adalah
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi
an-Naisaburi. Kitab Shahih Muslim diberi nama oleh penulisnya dengan Al-Musnad
al-Shahih. Kitab ini berisi 4.000 buah hadis. hadis-hadis yang dimasukan
ke dalam kitab Shahih-nya, adalah hadis-hadis yang memiliki alasan
kesahihan yang kuat. Di samping itu, ia juga menyatakan bahwa hadis-hadisnya
sebagiannya disepakati oleh para ulama.
Sahih
Abu Daud Karya Imam Abu Daud
Penulis kitab ini adalah Sulaiman
ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syaddad ibn Amr al-Azdadi
al-Sijistani. Kitab ini diberi nama oleh Abu Daud dengan al-Sunan
sebagaimana surat yang ia kirim ke penduduk Mekah. Dengan penamaan al-Sunan
ini, tampak bahwa Abu Daud memiliki kecenderungan pada fiqh. Ada beberapa
kritik yang dikemukakan oleh ulama terhadap karya Abu Daud seperti Ibn
Taimiyah, antara lain: pertama, Sebagian hadis dijelaskan kualitasnya
sedangkan sebagian lain tidak. Kedua, adanya hadis dha’if
yang dinilai oleh para ulama tetapi tidak ada penjelasan Abu Daud. Ketiga,
adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Ahmad dalam mentolerir hadis-hadis dhaif.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad ibn Mathar al-Zahrani, Tadwin al-Sunnah
al-Nabawiyah, Nasy’atuhu wa Tathawwuru, Dar al-Hudhari.
Abdullah Ali Humaid, Manahij al-Muhadditsin, Dar
Ulum al-Sunnah, Riyadh, 1999
Muhammad Abu Syuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub
al-Shihah al-Sittah, Dar al-Fikr, Beirut
Mustafa Azhami, Metodologi Kritik Hadis, Pustaka
Hidayah, Jakarta, 1996
1 comments:
subhanallah.. artikelnya bagus, zaman skrg jarang skli yg bahas ttg hadits.. :)
ditunggu kunjungan balik :D http://indobarcanesia.blogspot.com/
Posting Komentar